Langsung ke konten utama

1. Q.S. AL-FURQÂN [25]: 67

MARI MENGKAJI & MEMAHAMI

Penjelasan
Secara umum Al-infaq atau nafaqoh memiliki makna mempergunakan atau membelanjakan harta . Baik kepada hal-hal yang positif ataupun negatif. 

Adapun kata isrof berarti mempergunakan atau membelanjakan harta secara berlebihan atau secara tidak wajar dan melampaui batas.  Dan tidak hanya dibatasi dengan harta akan tetapi isrof juga masuk dalam kategori perbuatan seperti berlebihan dalam berpakaian,  makan dan minum .

Sementara kata Al-iqtaar memiliki makna menahan diri dari kewajiban memberi nafkah kepada yang berhak menerimanya .

Ayat diatas secara tekstual menuntun kita untuk berlaku bijak dan wajar dalam kehidupan sehari-hari , tidak boros , tidak juga pelit akan tetapi beramal sesuai dengan tuntunan yang menjadikan kita tidak tergoling boros dan pelit . Maka sebaik-baik amal adalah yang pertengahan sebagaimana ungkapan yang mashur kita dengar  (خير الأمور اوساطها) 

 Kata qowaama pada ayat tersebut memiliki makna berdiri tegak , maka kesederhanaan dan kewajaran dalam bertindak adalah sebuah keharusan bagi seorang yang beriman unyuk menjauhkan diri dari sifat boros dan pelit(bakhil ).

 Penjelasan

Syeikh mutawally asya'rowi menyatakan dua pengertian haqq dalam alquran 

Yang pertama adalah Haqqun Ma'lum,  yaitu zakat yang wajib dengan syat dan ketentuan yang telah ditentukan .

Kedua , Haqqun Gairu Ma'lum yaitu zakat yang dikeluarkan dari harta kita yang bersifat tathowwu'' dan sukarela . Ketika seseorang mampu menunaikan kedua Haqq ini secara sempurna maka akan meningkatkan kualitas kesholehan orang tersebut .

Kata Al-miskiin dalam ayat ini berasal dari kata sakana yang berarti tenang . Sehingga orang yang tergolong miskin hendaknya memiliki sikap tenang,  karena kebutuhannya untuk sehari-hari tercukupi .

Sedangkan kata Al-fuqoro memiliki makna fakir atau membutuhkan harta yang lebih untuk keperluan sehari-hari. Atau dengan kata lain , penghasilannya yang ia dapatkan tidak sebanding dengan keperluannya sehari-hari .

Kata ibnu sabil dalam ayat ini merujuk kepada orang yang kehabisan bekal dalam melakukan perjalanan( musafir ) sehingga golongan ini berhak menerima zakat. 

Secara umum ayat ini mengajarkan kita untuk mengeluarkan zakat , baik yang wajib maupun yang bersifat tathowwu' dan pada ayat ini pula mengajarkan kita untuk menjauhi prilaku tabzir yaitu prilaku menghambur-hamburkan harta kepada hal-hal yang tidak bermanfaat. 

Untuk menekan sikap tabzir ini allah menggambarkan persamaan karakter tabzir seseorang dengan syaithon,  manusia melakukan tabzir(melampaui batas ) dengan menghambur-hamburkan harta sementara syaithon melakukan tabzir dengan maksiat dan durhaka kepada allah .

Salah satu sahabat yang hidup dalam kesahajaan dan hidup dalam kesederhanaan adalah saad bin zaid, silahkan kalian buka link dibawah untuk mengetahui kisah perjalanan hidupnya ..

Semoga bermanfaat . .

http://sahabatrasul86.blogspot.com/2020/06/said-bin-zaid-ra.html


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

2. QS. Luqmān [31]: 13 – 17

2. QS. Luqmān [31]: 13 – 17 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَاِ ذْ قَا لَ لُقْمٰنُ لِا بْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِا للّٰهِ ۗ اِنَّ الشِّرْكَ لَـظُلْمٌ عَظِيْمٌ " Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman 31: Ayat 13) وَوَصَّيْنَا الْاِ نْسٰنَ بِوَا لِدَيْهِ ۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِيْ عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِـوَا لِدَيْكَ ۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ " Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu ." (QS. Luqman 31: Ayat 14) وَاِ نْ جَاهَدٰكَ عَلٰۤى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ...

QS. Al-Baqarah 2: Ayat 177

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ وَلٰـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ وَا لْمَلٰٓئِکَةِ وَا لْكِتٰبِ وَا لنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰ تَى الْمَا لَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَا لْمَسٰكِيْنَ وَا بْنَ السَّبِيْلِ ۙ وَا لسَّآئِلِيْنَ وَفِى الرِّقَا بِ ۚ وَاَ قَا مَ الصَّلٰوةَ وَاٰ تَى الزَّکٰوةَ ۚ وَا لْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عٰهَدُوْا ۚ وَا لصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِ ۗ اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ "Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba saha...