Langsung ke konten utama

2. QS. Luqmān [31]: 13 – 17



2. QS. Luqmān [31]: 13 – 17

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاِ ذْ قَا لَ لُقْمٰنُ لِا بْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِا للّٰهِ ۗ اِنَّ الشِّرْكَ لَـظُلْمٌ عَظِيْمٌ
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar."
(QS. Luqman 31: Ayat 13)


وَوَصَّيْنَا الْاِ نْسٰنَ بِوَا لِدَيْهِ ۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِيْ عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِـوَا لِدَيْكَ ۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."
(QS. Luqman 31: Ayat 14)


وَاِ نْ جَاهَدٰكَ عَلٰۤى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَا حِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖ وَّا تَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَا بَ اِلَيَّ ۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُ نَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
"Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Luqman 31: Ayat 15)

يٰبُنَيَّ اِنَّهَاۤ اِنْ تَكُ مِثْقَا لَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَ رْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ
"(Luqman berkata), Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui."
(QS. Luqman 31: Ayat 16)

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِا لْمَعْرُوْفِ وَا نْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَا صْبِرْ عَلٰى مَاۤ اَصَا بَكَ ۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُ مُوْرِ ۚ  
"Wahai anakku! Laksanakanlah sholat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting."
(QS. Luqman 31: Ayat 17)

c. Penjelasan QS. Luqmān [31]: 13 – 17

Ayat 13 QS . Luqman menjelaskan bahwa dalam mendidik anak hendaknya dilandasi dengan lemah lembut dan kasih sayang. Kata ya‘iẓuhu diambil dari kata wa’ẓ yang bermakna nasihat yang meyangkut berbagai kebajikan dengan cara menyentuh hati, penyampaiannya harus dengan lemah lembut, tidak membentak, dan hendaknya menggunakan panggilan sayang kepada anak. 

Kata yabunayya mengisyaratkan kasih sayang yang tulus kepada anak. Hal ini tentunya juga berlaku kepada para guru dalam hal mendidik peserta didiknya.

Pada ayat 14, Allah menggambarkan kesusahan dan capeknya seorang ibu dalam merawat anaknya, mengapa hanya jasa ibu yang digambarkan dengan sedemikian lemahnya? Karena peranan ibu lebih berat dari ayah, mulai dari proses mengandung, hingga melahirkan dan menyapihnya bahkan samapi sang anak tumbuh dewasa.

Kata wahnan berarti kelemahan atau kerapuhan seorang ibu saat mengandung anaknya.

Pada Ayat 15 menjelaskan tentang larangan taat kepada orang tua dalam mendurhakai Allah subḥānahū wa taʻālā dan nasihat Luqmān kepada anaknya tentang menolak segala bentuk kemusyrikan di manapun berada. Ayat ini sekaligus memberitahu bahwa mempergauli kedua orang tuanya dengan baik hanya dalam urusan dunia, bukan dalam urusan agama. Seperti Nabi Ibrahim ‘alaihis-salām, dia tetap berlaku santun kepada bapaknya sekalipun ia merupakan seorang pembuat berhala, namun Nabi Ibrahim tidak sependapat dalam hal akidah dan ibadah.

Pada ayat 16, terdapat kata laṭīf, yang memiliki arti lembut, halus, atau kecil. Dari makna ini muncullah makna ketersembunyian dan ketelitian. 

Imām al-Gazālı̄ menjelaskan bahwa yang berhak menyandang sifat ini hanyalah Allah. Dialah yang 
mengetahui perincian kemashlahatan dan seluk beluk rahasianya. Karena Dia selalu menghendaki kemaslahatan untuk makhluk-Nya. Ayat ini menggambarkan kekuasaan Allah subḥānahū wa taʻālā dalam menghitung amal manusia betapapun sedikit dan banyaknya.

Ayat 17 menjelaskan tentang amar ma’rūf nahī munkar, yang puncak dan pangkalnya adalah salat, serta amal kebaikan yang tercermin adalah buah dari salat yang dilaksanakan dengan benar dan sesuai denga syariat. Kata ‘azm dari segi bahasa berarti kekuatan hati atau tekad.

Silahkan buka link berikut untuk masuk ke materi selanjutnya ;

Semoga bermanfaat dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari ..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1. Q.S. AL-FURQÂN [25]: 67

MARI MENGKAJI & MEMAHAMI Penjelasan Secara umum Al-infaq atau nafaqoh memiliki makna mempergunakan atau membelanjakan harta . Baik kepada hal-hal yang positif ataupun negatif.  Adapun kata isrof berarti mempergunakan atau membelanjakan harta secara berlebihan atau secara tidak wajar dan melampaui batas.  Dan tidak hanya dibatasi dengan harta akan tetapi isrof juga masuk dalam kategori perbuatan seperti berlebihan dalam berpakaian,  makan dan minum . Sementara kata Al-iqtaar memiliki makna menahan diri dari kewajiban memberi nafkah kepada yang berhak menerimanya . Ayat diatas secara tekstual menuntun kita untuk berlaku bijak dan wajar dalam kehidupan sehari-hari , tidak boros , tidak juga pelit akan tetapi beramal sesuai dengan tuntunan yang menjadikan kita tidak tergoling boros dan pelit . Maka sebaik-baik amal adalah yang pertengahan sebagaimana ungkapan yang mashur kita dengar  (خير الأمور اوساطها)   Kata qowaama pada ayat tersebut memiliki makna berd...

QS. Al-Baqarah 2: Ayat 177

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ وَلٰـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ وَا لْمَلٰٓئِکَةِ وَا لْكِتٰبِ وَا لنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰ تَى الْمَا لَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَا لْمَسٰكِيْنَ وَا بْنَ السَّبِيْلِ ۙ وَا لسَّآئِلِيْنَ وَفِى الرِّقَا بِ ۚ وَاَ قَا مَ الصَّلٰوةَ وَاٰ تَى الزَّکٰوةَ ۚ وَا لْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عٰهَدُوْا ۚ وَا لصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِ ۗ اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ "Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba saha...